Dialog Eyang & Cucu

Eps. 17 | Menghapus Dendam Kesumat (1/2)


Suatu hari Mbah diminta cucu untuk menemui temannya: Dhita dan Wulan. Katanya, mereka punya masalah yang mengganjal hati dan ingin ditanyakan kepada Mbah. Setelah basa basi mereka mulai bertanya.

CUCU

Mbah, Dhita mau tanya bagaimana cara menghilangkan dendam.

MBAH

Oh… itu sulit… sulit…sulit…

CUCU

(wah… ini lho kalau telat minum kopi mesti datang kumatnya…) Mbah… jawabnya koq begitu!

MBAH

Memang sulit… tapi kau bisa membikinnya lebih mudah

CUCU

Ya… IYA mau bilang minta kopi aja muter ngomongnya.

DHITA

Gimana cara menghilangkan dendam Mbah?

MBAH

Kenapa sih mau dihilangkan?

DHITA

Ya bikin perasaan ndak enak Mbah…!

MBAH

Bikin kamu marah ya…? Kesel… kecewa… dendam… bikin hidupmu merana ya…?

DHITA

Benar Mbah.

MBAH

Kamu ingin sekali orang yang jahat kepadamu tadi dihukum Allah ya…? Kamu ingin orang tadi itu mendapat musibah biar kapok ya…?

DHITA

(malu-malu) ya kurang lebih seperti itulah Mbah.

MBAH

Tapi setelah sekian lama, apa hal itu terjadi?

DHITA

Belum Mbah.

MBAH

Karena belum terjadi maka kamu terus menunggu sampai orang tadi mendapat hukuman yang setimpal. Lalu bagaimana kalau hukuman tadi tidak kunjung datang apakah kamu berniat akan terus menyimpan perasaan tidak enak … perasaan marah tadi seumur hidupmu?

DHITA

(diam tertunduk…)

MBAH

Perasaan marah… dendam… kecewa… sedih… kesel… sumpek… itu letaknya di mana?

DHITA

Di hati Mbah.

MBAH

Sakitnya tu di sini ya…? Dhita, cucuku… kamu setuju tidak kalau Mbah katakan hati itu adalah milik kita yang paling berharga.

DHITA

Setuju Mbah.

MBAH

Kalau demikian harus diisi dengan perasaan yang berharga dong! Seperti apa misalnya?

DHITA

Ya perasaan senang… bahagia… cinta… setia… Apa lagi ya…?

MBAH

Perasaan puas… cukup… syukur… pasrah… tawakkal… semangat… ikhlas… iman… tentram… berani… yakin… Ini semua perasaan-perasaan positif yang seharusnya menempati hati yang tadi kamu anggap milikmu yang paling berharga.

DHITA

ya Mbah.

MBAH

Kalau hatimu kamu penuhi dengan perasaan positif tadi, maka tempat yang dikuasai oleh perasaan negatif akan semakin mengecil. Semakin besar rasa syukurmu akan semakin kecil keluhanmu. Semakin besar rasa puas dan ridhomu, akan semakin kecukupan hidupmu. Semakin besar rasa senang dan bahagiamu, akan semakin kecil rasa sedih dan dukamu. Semakin besar rasa tawakkalmu, akan semakin ringan bebanmu. Semakin besar rasa ikhlasmu akan semakin kecil rasa kecewamu. Semakin besar sifat rahmatmu (kasih sayangmu) akan semakin besar rasa belas kasihmu dan semakin berkurang sifat kejammu. Semakin semangat hatimu, akan semakin muda dan kuat tubuhmu. Dan semakin besar imanmu akan semakin tegar dan tabah hatimu.

DHITA

Begitu Mbah ya…?

MBAH

Dhita, cucuku biarlah Allah mengambil peran dalam hidupmu.

DHITA

Maksudnya??!

MBAH

Mbah mau tanya… orang yang berbuat zhalim kira-kira bakal dihukum Allah tidak?

DHITA

Ya jelas Mbah… mereka bakal dihukum di akhirat nanti. Bahkan sebagian, dihukum di dunia.

MBAH

Nah… kalau kamu sudah tahu mereka bakal dihukum oleh Yang Maha Adil lalu mengapa kamu masih memusingkan diri memikirkan balasan setimpal untuk mereka? Koq membikin susah diri sendiri… heran saya!

DHITA

Jadi dobel dong penderitaan kita ya Mbah?

MBAH

Nah kamu sudah mulai mengerti. Kamu kalau baca riwayat orang-orang saleh, kamu pasti akan mendapati bahwa mereka seringkali dizhalimi. Tapi apakah hidup mereka susah… apakah mereka larut dalam kesedihan?

DHITA

Mereka menganggap itu ujian dari Allah ya Mbah? Mereka sadar bahwa yang mengizinkan hal itu terjadi adalah Allah juga ya Mbah.

MBAH

Wuih… Mbah senang kamu sudah mulai mengerti itu. Karena itu, orang-orang saleh itu lalu bersabar dan menjadikan ujian itu sebagai sarana untuk memperoleh pahala yang besar… sarana untuk meraih kedudukan tinggi di sisi Allah. Sebagian bahkan merasa bersyukur karena keyakinan mereka akan hikmah besar yang bakal mereka raih. Pada akhirnya nanti, mereka justru merasa kasihan kepada yang berbuat zhalim, lalu memaafkan mereka demi meraih kedudukan yang JAUH lebih tinggi lagi, yaitu kedudukan kaum muhsinin. Demikian orang-orang saleh… cita-cita mereka sangat tinggi. Orientasi mereka hanya ridha Allah. Apa-apa yang tidak mendatangkan ridha Allah kurang menarik bagi mereka.

DHITA

Kaum muhsinin itu seperti apa sih Mbah?

MBAH

Mereka adalah kaum yang lebih mulia dari orang-orang yang berbuat adil. Mereka adalah kaum yang membalas kejahatan dengan kebaikan. Mereka adalah kaum yang dicintai oleh Allah.

(hening sejenak… )
WULAN

Tadi cucu Mbah pesan mau ke luar sebentar.

MBAH

(kurang ajar… ngerjain Mbahnya. Kopi ditunggu dari tadi. Ntar pulang Mbah bales… eh kita tidak boleh mendendam ya… wah hampir saja Mbah melanggar ucapan sendiri. Ini cucu benar-benar nakal kaya Mbahnya dulu)

(bersambung ke “Selamat Tinggal Dendam Kesumat”)


Artikel Lainnya

Eps. 18 | Selamat Tinggal Dendam Kesumat (2/2)

Jangan kau pernah membenci makhluk Allah, kecuali setan. Kalau setan memang kita diperintah oleh Allah untuk menganggapnya musuh.

Eps. 16 | Rahasia Memaafkan (3/3)

Yang menjadi timbangan dari semua perbuatan orang saleh adalah keridhaan Allah. Kalau mereka menghadapi persoalan yang pelik, mereka merenungkan bagaimana yang kira-kira akan Nabi Saw lakukan pada kedudukannya.

Eps. 15 | Rahasia Memaafkan (2/3)

Dendam yang tersimpan di hati itu seperti api dalam sekam. Rentetannya sangat banyak dan sangat membahayakan...

Eps. 14 | Rahasia Memaafkan

Menyimpan marah secara lahiriah sangat merugikan kesehatan, dan secara batiniah bisa menimbulkan dosa-dosa lain yang sangat banyak...

Eps. 13 | Gangguan Makhluk Halus (2)

Manusia yang berhati baik akan menarik banyak hal baik, yang berhati busuk akan menarik hal-hal yang busuk juga. Jadi kalau kita mau kehidupan yang lebih baik, kita harus lebih dahulu berubah menjadi lebih baik...

Eps. 12 | Gangguan Makhluk Halus (1)

Makhluk halus itu ada di setiap sudut rumah. Kalau penghuni rumahnya saleh, maka jin yang tinggal di situ juga jin yang saleh, bahkan di antara mereka ada yang selalu beribadah kepada Allah...

Bagaimana reaksimu setelah membaca artikel ini?